Thursday, February 21, 2013

Sebuah Bakat Yang Kurang Dihargai

Sastra Lama negeri Indonesia sudah makin jarang ditemui di kehidupan sehari-hari. Sastra seperti puisi,pantun,cerpen,dll. makin ketinggalan dibandingkan dengan sastra-sastra modern. Saya sendiri lebih suka sastra lama asli Indonesia, karena mereka terasa jauh lebih enak di dengar dibandingkan dengan sastra modern dari luar negeri. Saya memiliki teman SD, yang semenjak masuk SMP jadi mahir dalam membuat puisi. Berikut beberapa contoh puisinya,
Pengabdian
Oleh : Carissa Nuryasmin Putri

Kau tetap mengabdi.
Meski tangan dan kakimu sudah letih.
Keriput yang membalut tubuhmu.
Menandakan kerja kerasmu.

Belasan tahun sudah kau mengabdi.
Sejak aku masih di rahim.
Meski kau tahu balasannya tak sepadan.
Bagaikan emas yang dibeli dengan pasir.

Pernah aku bertanya,
sampai kapan kau begini?
Kau menjawab,
sampai waktunya pulang
Selamat Tinggal
Oleh : Carissa Nuryasmin Putri

Hari dimana ku sendiri.
Sudah tak terhitung oleh jari.
Ku berjalan tanpa tujuan yang pasti.
Tanpa ada yang menemani.

Selatan ke utara ku berjalan.
Dengan hati yang hampa.
Tanpa ada perasaan yang dirasa.
Aku bagaikan mayat hidup.

Sampai suatu hari.
Bait baru di hidupku bertambah.
Matamu yang lebih indah dari aurora.
Bertemu dengan mataku.

Mungkin ada ribuan bunga yang tumbuh dihatiku.
Aku bahagia bersamamu.
Setiap hari.
Hari demi hari.

Tak pernah kusadar hari ini akan datang.
Kau terbaring kaku di di hadapanku.
Ingin ku tumpahkan seluruh isi samudra.
Tapi takkan mengubah apa-apa.

Inikah yang dinamakan siklus?
Awalnya sendiri lalu bersama,
dan akhirnya sendiri lagi? 

Semua tinggal kenangan.
Tapi cintamu kan selalu ku dekap.
Menghangati setiap malamku.
Selamat tinggal kawan.
Menurut saya,bakat seperti ini harus dilestarikan dan harus lebih dihargai oleh orang Indonesia. Seniman cilik seperti teman saya ini adalah contoh penerus generasi yang memiliki rasa patriotisme yang tinggi. Untuk melihat karya lainnya milik orang ini, bisa klik disini

No comments:

Post a Comment